Banyak
hal yang menarik untuk dibicarakan mengenai kehidupan di
pulau Lombok, khususnya mengenai sejarah asal usul masyarakat, kerajaan yang
pernah ada, keyakinan dan agama, hingga objek wisata yang di tawarkan. Sehingga
dalam kesempatan ini saya mencoba mengangkat sebuah tema mengenai beberapa hal
yang ada di pulau Lombok. Berikut penjelasannya:
1. Pendahuluan
Lombok (penduduk
pada tahun 1990: 2.403.025) adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan
Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih bulat bentuknya
dengan semacam “ekor” di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km.
Pulau ini luasnya adalah 4.725 km² (sedikit lebih kecil daripada Bali). Kota
utama di pulau ini adalah Kota Mataram.
Selat Lombok
menandai jalan masuk dari pemisah biogeografis antara fauna di wilayah
Indomalay dan perbedaan fauna yang sangat jelas di Australasia dikenal dengan
Wallace line, diambil dari nama penemunya Alfred Russel Wallace. Pemetaan pulau Lombok didominasi oleh stratovolcano
Gunung Rinjani, yang mencapai tinggi 3.726m (12.224 kaki), yang membuat Gunung
Rinjani menjadi gunung tertinggi ketiga di Indonesia. Di lembah Gunung Rinjani,
Anda akan menemukan hutan hijau yang rimbun, sawah dan air terjun yang indah. Pusat keramaian yang paling berkembang di sebelah
barat adalah Senggigi, tersebar 30 kilometer sepanjang jalan pantai di sebelah
utara Mataram, Sementara para divers biasanya berkumpul bersama di Gili, yang
berada di pantai barat.
Bagian selatan dari pulau Lombok adalah tanah yang
subur dimana jagung, kopi, tembakau dan kapas tumbuh. Salah satu tujuan wisata
yang populer adalah Kuta, terkenal dengan pantai yang belum tersentuh dan
beberapa orang menganggap pantai ini adalah salah satu tempat berselancar
terbaik di dunia.Dalam total area sebesar 4.752km2 (1.825 sq. mi)
terdapat 2.950.105 orang (2005), 85% adalah suku Sasak, yang awalnya
diperkirakan berpindah dari Jawa pada awal abad sebelum Masehi. Sejak populasi
suku Sasak mempelajari Islam, pemandangan di pulau Lombok mulai banyak dipenuhi
dengan Masjid-masjid dan menaranya, dan di desa tradisional suku Sasak, Anda
bisa menemukan kehidupan pedesaan dengan budayanya yang unik. Penduduk lain
termasuk 10-15% orang Bali, dengan selebihnya adalah orang Cina, Arab, Jawa dan
Sumbawa.
2. Sejarah
awal mula
Era Pra Sejarah
tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data dari para
ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah Lombok
ini. Suku Sasak
termasuk dalam ras tipe Melayu yang konon telah tinggal di Lombok selama 2.000
tahun yang lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak
4.000 tahun yang lalu. Dengan demikian perdagangan antar pulau sudah aktif
sejak zaman tersebut dan bersamaan dengan itu saling mempengaruhi antar budaya
juga telah menyebar.
Lombok Mirah Sasak Adi adalah salah satu
kutipan dari kita Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan
dan pemerintahan kerajaan Majapahit. Kata “Lombok” dalam bahasa kawi berarti
lurus atau jujur, kata “mirah” berarti permata, kata “sasak” berarti kenyataan,
dan kata “adi” artinya yang baik atau yang utama. Maka arti keseluruhannya
yaitu kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama. Makna filosofi
itulah mungkin yang selalu di idamkan leluhur penghuni tanah Lombok yang
tercipta sebagai bentuk kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan oleh
anak cucunya (Sasak children). Dalam kitab – kitab lama, nama Lombok
dijumpai disebut Lombok mirah dan Lombok adi . Beberapa lontar Lombok juga
menyebut Lombok dengan Gumi Selaparang atau Selapawis.
Asal-usul penduduk pulau Lombok terdapat di beberapa
versi, salah satunya yaitu kata “sasak” secara etimologis menurut Dr. Goris. s.
berasal dari kata “sah” yang berarti pergi dan “shaka” yang berarti leluhur.
Berarti pergi ke tanah leluhur orang Sasak (Lombok). Dari etimologis ini di
duga leluhur orang Sasak adalah orang Jawa. Terbukti pula dari tulisan Sasak
yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya
diresapi oleh kesusastraan Sasak.
Sasak traditional merupakan etnis mayoritas penghuni
pulau Lombok, suku Sasak merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk
seluruhnya. Bukti lain juga menyatakan bahwa berdasarkan prasasti tong – tong
yang ditemukan di Pujungan, Bali, Suku Sasak sudah menghuni pulau Lombok sejak abad
IX sampai XI Masehi, Kata Sasak pada prasasti tersebut mengacu pada tempat suku
bangsa atau penduduk seperti kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering
menyebut pulau Lombok dengan gumi sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau
tempat bermukimnya orang Sasak.
Sejarah Lombok tidak lepas dari silih bergantinya
penguasaan dan peperangan yang terjadi di dalamnya baik konflik internal, yaitu
peperangan antar kerajaan di Lombok maupun eksternal yaitu penguasaan dari
kerajaan di luar pulau Lombok. Perkembangan era Hindu, Buddha, memunculkan
beberapa kerajaan seperti Selaparang Hindu, dan Bayan. Kerajaan-kerajaan
tersebut dalam perjalannya di tundukkan oleh penguasa dari kerajaan Majapahit
saat ekspedisi Gajah Mada di abad XIII – XIV dan penguasaan kerajaan Gel – Gel
dari Bali pada abad VI.
Antara Jawa, Bali dan Lombok mempunyai beberapa
kesamaan budaya seperti dalam bahasa dan tulisan. Jika di telusuri asal – usul
mereka banyak berakar dari Hindu Jawa. Hal itu tidak lepas dari pengaruh
penguasaan kerajaan Majapahit yang kemungkinan mengirimkan anggota keluarganya
untuk memerintah atau membangun kerajaan di Lombok. Pengaruh Bali memang sangat
kental dalam kebudayaan Lombok hal tersebut tidak lepas dari ekspansi yang
dilakukan oleh kerajaan Bali sekitar tahun 1740 di bagian barat pulau Lombok
dalam waktu yang cukup lama. Sehingga banyak terjadi akulturasi antara budaya
lokal dengan kebudayaan kaum pendatang. Hal tersebut dapat dilihat dari
terjelmanya genre – genre campuran dalam kesenian. Banyak genre seni pertunjukan
tradisional berasal atau diambil dari tradisi seni pertunjukan dari kedua
etnik. Sasak dan Bali saling mengambil dan meminjam sehingga terciptalah genre
kesenian baru yang menarik dan saling melengkapi.
Gumi Sasak silih berganti mengalami peralihan kekuasaan
hingga ke era Islam yang melahirkan kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik.
Ada beberapa versi masuknya Islam ke Lombok sepanjang abad XVI Masehi. Yang
pertama berasal dari Jawa dengan cara Islam masuk lewat Lombok timur. Yang
kedua peng-Islaman berasal dari Makassar dan Sumbawa. Ketika ajaran tersebut
diterima oleh kaum bangsawan ajaran tersebut dengan cepat menyebar ke
kerajaan–kerajaan di Lombok timur dan Lombok tengah.
Mayoritas etnis sasak beragama Islam, namun demikian
dalam kenyataanya pengaruh Islam juga berakulturasi dengan kepercayaan lokal
sehingga terbentuk aliran seperti wektu telu, jika dianalogikan seperti abangan
di Jawa. Pada saat ini keberadaan wektu telu sudah kurang mendapat tempat
karena tidak sesuai dengan syariat Islam. Pengaruh Islam yang kuat menggeser
kekuasaan Hindu di pulau Lombok, hingga saat ini dapat dilihat keberadaannya
hanya di bagian barat pulau Lombok saja khususnya di kota Mataram.
Silih bergantinya penguasaan di Pulau Lombok dan
masuknya pengaruh budaya lain membawa dampak semakin kaya dan beragamnya
khasanah kebudayaan Sasak. Sebagai bentuk dari Pertemuan (difusi, akulturasi,
inkulturasi) kebudayaan. Seperti dalam hal kesenian, bentuk kesenian di Lombok
sangat beragam. Kesenian asli dan pendatang saling melengakapi sehingga
tercipta genre-genre baru. Pengaruh yang paling terasa berakulturasi dengan
kesenian lokal yaitu kesenian bali dan pengaruh kebudayaan Islam. Keduanya
membawa kontribusi yang besar terhadap perkembangan kesenian-kesenian yang ada
di Lombok hingga saat ini. Implementasi dari pertemuan kebudayaan dalam bidang
kesenian yaitu, yang merupakan pengaruh Bali; Kesenian Cepung, cupak gerantang,
Tari jangger, Gamelan Thokol, dan yang merupakan pengaru Islam yaitu kesenian
Rudad, Cilokaq, Wayang Sasak, Gamelan Rebana.
3. Kajian
tentang kerajaan-kerajaan di Lombok
Di antara sumber
sejarah yang bisa digunakan untuk menjelaskan asal usul dari Lombok adalah
Babad Lombok. Menurut Babad Lombok, kerajaan tertua di pulau Lombok bernama
Kerajaan Laeq. Tapi, sumber lain, yaitu Babad Suwung menyatakan bahwa, bahwa
kerajaan tertua di Lombok adalah kerajaan Suwung yang dibangun dan diperintah
oleh Raja Betara Indera. Setelah Kerajaan Suwung ini surut, baru muncul
Kerajaan Lombok. Mana yang benar, Laeq atau Suwung? Semuanya masih dalam
perdebatan.
Setelah Pamatan berakhir, muncullah kerajaan Suwung
yang didirikan oleh Batara Indera. Lokasi kerajaan ini terletak di daerah
Perigi saat ini. Setelah kerajaan Suwung berakhir, barulah kemudian muncul
kerajaan Lombok. Seiring perjalanan sejarah, kerajaan Lombok kemudian mengalami
kehancuran akibat serangan tentara Majapahit pada tahun 1357 M. Raden Maspahit,
penguasa kerajaan Lombok melarikan diri ke dalam hutan. Ketika tentara
Majapahit kembali ke Jawa, Raden Maspahit keluar dari hutan dan mendirikan
kerajaan baru dengan nama Batu Parang. Dalam perkembangannya, kerajaan ini
kemudian lebih dikenal dengan nama Selaparang.
Berkaitan dengan Selaparang, kerajaan ini terbagi
dalam dua periode: pertama, periode Hindu yang berlangsung dari abad ke-13 M,
dan berakhir akibat ekspedisi kerajaan Majapahit pada tahun 1357 M; dan kedua,
periode Islam, berlangsung dari abad ke-16 M, dan berakhir pada abad ke-18
(1740 M), setelah ditaklukkan oleh pasukan gabungan kerajaan Karang Asem, Bali
dan Banjar Getas.
Sebelum Abad ke 16 Lombok berada dalam kekuasan
Majapahit, dengan dikirimkannya Maha Patih Gajah Mada ke Lombok. Pada akhir
abad ke 16 sampai awal abad ke 17, lombok banyak dipengaruhi oleh Jawa Islam
melalui dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri, juga dipengaruhi oleh Makassar.
Hal ini yang menyebabkan perubahan agama di suku Sasak, yang sebelumnya Hindu
menjadi Islam.
Pada awal abad ke 18 M, Lombok ditaklukkan oleh
kerajaan Gel Gel Bali. Peninggalan Bali yang sangat mudah dilihat adalah
banyaknya komunitas Hindu Bali yang mendiami daerah Mataram dan Lombok Barat.
Beberapa Pura besar juga gampang di temukan di kedua daerah ini. Lombok
berhasil bebas dari pengaruh Gel Gel setelah terjadinya pengusiran yang
dilakukan kerajaan Selapang (Lombok Timur) dengan dibantu oleh kerajaan yang
ada di Sumbawa (pengaruh Makassar). Beberapa prajurit Sumbawa kabarnya banyak
yang akhirnya menetap di Lombok Timur, terbukti dengan adanya beberapa desa di
Tepi Timur Laut Lombok Timur yang penduduknya mayoritas berbicara menggunakan
bahasa Samawa.
Uraian di atas setidaknya bisa menunjukkan bahwa,
kerajaan-kerajaan tersebut benar-benar ada, pernah berdiri, berkembang kemudian
runtuh. Bagaimana informasi selanjutnya, seperti kehidupan sosial budaya
masyarakat awam dan keluarga istana saat itu? Data sejarah yang ada belum
banyak mengungkap fakta tersebut.
Menurut Lalu Djelenga, catatan sejarah yang lebih
berarti mengenai kerajaan-kerajaan di Lombok dimulai dari masuknya ekspedisi
Majapahit tahun 1343 M, di bawah pimpinan Mpu Nala. Ekspedisi Mpu Nala ini
dikirim oleh Gajah Mada sebagai bagian dari usahanya untuk mempersatukan
seluruh Nusantara di bawah bendera Majapahit. Pada tahun 1352 M, Gajah Mada
datang ke Lombok untuk melihat sendiri perkembangan daerah taklukannya.
Menurut Djelenga, ekspedisi Majapahit ini meninggalkan
jejak kerajaan Gel gel di Bali. Sedangkan di Lombok, berdiri empat kerajaan
utama yang saling bersaudara, yaitu: kerajaan Bayan di barat, kerajaan
Selaparang di Timur, kerajaan Langko di tengah, dan kerajaan Pejanggik di
selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat beberapa kerajaan kecil,
seperti Parwa dan Sokong Samarkaton serta beberapa desa kecil, seperti Pujut,
Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa
ini takluk di bawah Majapahit. Ketika Majapahit runtuh, kerajaan dan desa-desa
ini kemudian menjadi wilayah yang merdeka.
Di antara kerajaan dan desa-desa di atas, yang paling
terkemuka dan paling terkenal adalah kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan
Lombok. Pusat kerajaan ini terletak di Teluk Lombok yang strategis, sangat
indah dengan sumber air tawar yang banyak. Posisi strategis dan banyaknya
sumber air menyebabkannya banyak dikunjungi pedagang dari berbagai negeri,
seperti Palembang, Banten, Gresik, dan Sulawesi. Berkat perdagangan yang ramai,
maka kerajaan Lombok berkembang dengan cepat.
4. Kedatangan
Penjajah Belanda
Belanda telah
datang dan berhasil menundukkan banyak kerajaan di nusantara. Watak
imperialisme Belanda yang ingin menguasai seluruh jalur perdagangan di
nusantara telah menimbulkan kemarahan Kerajaan Gowa di Sulawesi. Jalur
perdagangan di utara telah dikuasai oleh Belanda. Untuk mencegah jatuhnya jalur
selatan, kemudian Gowa berinisiatif menutup jalur selatan dengan menguasai
Pulau Sumbawa dan Selaparang. Kedatangan penjajah Eropa juga membawa misi
kristenisasi, karena itu, Gowa kemudian menaklukkan Flores Barat dan mendirikan
Kerajaan Manggarai untuk mencegah kristenisasi tersebut.
Untuk mengimbangi Gelgel yang bekerjasama dengan
Belanda, kemudian Gowa bekerjasama dengan Mataram di Jawa. Selanjutnya, dalam
usaha untuk memperebutkan hegemoni, akhirnya pecah peperangan antara Gowa dan
Belanda di Lombok. Dalam perang tersebut, Gowa mengalami kekalahan, hingga
terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda di Bungaya. Bungaya merupakan
sebuah tempat yang terletak dekat pusat Kerajaan Gelgel di Klungkung, Bali, dan
merupakan simbol dari dekatnya hubungan antara Gelgel dengan Belanda.
Konsekwensi kekalahan Gowa dari Belanda adalah, Gowa
harus melepaskan seluruh daerah kekuasaannya di Lombok, Sumbawa dan Bima.
Memanfaatkan kekosongan Gowa tersebut, Gelgel kembali mencoba menaklukkan
Selaparang, namun selalu menemui kegagalan. Walaupun Selaparang telah berhasil mengalahkan Gelgel,
namun, wilayah kerajaan ini belum sepenuhnya aman dari ancaman eksternal. Dalam
perkembangannya, kemudian berdiri dua kerajaan baru pada tahun 1622 M, yaitu
Kerajaan Pagutan dan Pagesangan. Untuk mengantisipasi ancaman, kemudian
Selaparang menempatkan sepasukan kecil tentara untuk menjaga perbatasan di
bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.
Ternyata, kehancuran Selaparang bukan karena serangan
dua kerajaan kecil ini, tapi akibat serangan ekspedisi tentara Kerajaan Karang
Asem tahun 1672 M. Pusat Kerajaan Selaparang rata dengan tanah, sementara
keluarga kerajaan semuanya terbunuh. Sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem
menjadi penguasa tunggal di Lombok.
5. Kehidupan Sosial Budaya
Di masa Prabu
Rangkesari, Lombok (Selaparang) mencapai masa kejayaannya. Saat itu, kehidupan
budaya berkembang pesat. Para cerdik pandai dari Selaparang menguasai dengan
baik bahasa Kawi, bahasa yang berkembang di nusantara ketika itu. Berkat
kemajuan dalam dunia sastra tersebut, akhirnya, para cendekiawan Selaparang
berhasil menciptakan aksara baru, yaitu aksara Sasak yang disebut Jejawen.
Kajian yang lebih mendalam terhadap lontar-lontar
tersebut akan mampu mengungkap kondisi sosial, budaya dan politik masyarakat
Lombok pada saat itu. Dalam bidang sosial politik misalnya, Lontar Kotamgama
menggariskan sifat dan sikap seorang pemimpin, yakni Danta, Danti, Kusuma, dan
Warsa. Danta berarti gading gajah, artinya, apabila dikeluarkan, tidak mungkin
dimasukkan lagi; Danti berarti ludah, artinya, apabila sudah dilontarkan ke
tanah, tidak mungkin dijilat lagi; Kusuma berarti kembang, artinya, bunga yang
sama tidak mungkin mekar dua kali; Warsa artinya hujan, artinya, apabila telah
jatuh ke bumi, tidak mungkin naik kembali menjadi awan. Itulah sebabnya,
seorang raja atau pemimpin hendaknya berhati-hati dalam setiap tindakan, agar
tidak melakukan banyak kesalahan.
Demikianlah, Kerajaan Selaparang muncul, berkembang
kemudian runtuh. Walaupun demikian, sisa-sisa peradaban tulis yang
ditinggalkannya menunjukkan bahwa, kehidupan budaya di negeri ini cukup semarak
dan berkembang.
6. Suku di
Lombok (suku Sasak)
Jika
diperhatikan secara fisik, suku Sasak ini lebih mirip orang Bali dibandingkan
orang Sumbawa. Dari aspek ini bisa jadi orang Sasak berasal dari Bali. Sekarang
tinggal di cari orang Bali berasal dari mana?
Beberapa minggu
yang lalu, ada seorang yang mengirimkan ke saya sebuah bukti otentik asal usul
suku Sasak yang disimpan keluarganya di Lombok Tengah. Bukti tersebut berupa
silsilah keluarga yang berujung pada sebuah nama: Datu Pangeran Djajing Sorga
(dari Majapahit, Kabangan, Jawa Timur). Dari bukti otentik tersebut, jelaslah
terlihat bahwa suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok, sebenarnya berasal dari
Jawa.
Bahasa Sasak,
terutama aksara (bahasa tertulis) nya sangat dekat dengan aksara Jawa dan Bali,
sama sama menggunakan aksara Ha Na Ca Ra Ka …dst. Tapi secara pelafalan cukup
dekat dengan Bali. Menurut
Ethnologue yang mengumpulkan semua bahasa di dunia, bahasa Sasak merupakan
keluarga (Languages Family) dari Austronesian Malayo-Polynesian (MP), Nuclear
MP, Sunda-Sulawesi dan Bali-Sasak. Sementara kalau kita perhatikan secara
langsung, bahasa Sasak yang berkembang di Lombok ternyata sangat beragam, baik
dialek (cara pengucapan) maupun kosa katanya. Ini sangat unik dan bisa
menunjukkan banyaknya pengaruh dalam perkembangannya. Saat Pemerintah Kabupaten
Lombok Timur ingin membuat Kamus Sasak saja, mereka kewalahan dengan beragamnya
bahasa Sasak yang ada di lombok Timur, walaupun secara umum bisa
diklasifikasikan ke dalam: Kuto-Kute (Lombok Bagian Utara), Ngeto-Ngete (Lombok
Bagian Tenggara), Meno-Mene (Lombok Bagian Tengah), Ngeno-Ngene (Lombok Bagian
Tengah), Mriak-Mriku (Lombok Bagian Selatan). Dari aspek bahasa, Papuk Bloq,
bisa jadi berasal dari Jawa (Malayo-Polynesian), Vitname atau Philipine (
Austronesian), atau dari Sulawesi (Sunda-Sulawesi). Semoga Dewan Adat Sasak
segera menerbitakan buku Sejarah Sasak dan merampungkan Kamus Bahasa Sasak.
7. Kehidupan
Spiritual di Lombok
Pengaruh
Hindu – Buddha
Ajaran Hindu-Bali dibawa langsung oleh pemeluknya, para
imigran dari Pulau Bali sejak permualaan abad ke 17 Masehi. Hindu-Bali adalah
sinkretisasi ajaran Hindu-Buddha, yang juga disebut Siwa-Buddha. Menurut
Sartono Kartodirjo (1975).
Sebelum imigran dari Bali datang, pulau yang molek dan
subur ini, dinamakan Gumi Selaparang dan di huni oleh orang Sasak. Sampai abad
ke 17, terdapat dua buah kerajaan Sasak yaitu Kerajaan Pejanggik di Lombok
Tengah sebagai kerajaan pedalaman dan kerajaan Selaparang sebagai kerajaan
pesisir yang ibu kotanya di Kayangan, Labuhan Lombok di Lombok Timur.
Memasuki abad ke 17 (1600an), secara bergelombang
imigran dari Karang Asem- Bali datang ke Pulau Lombok untuk membuka lahan
pertanian dan mendirikan pemukiman. Penduduk baru ini datang, selain karena
kerajaanya diganggu oleh kerajaan kerajaan tetangganya di Bali, juga karena
wilayah tofografinya kurang menguntungkan untuk pertanian, dengan kawasan tanah
perbukitan. Pemukiman-pemukiman itu dikenal dengan nama Sengkongok (di kaki Gunung
Pengsong), Pagutan, Pagesangan, dan Mataram (di Kodya Mataram) dan Tanaq Embet
(di Senggigi).
Pengaruh
Islam
Pada awal mula
masuknya agama Islam ke Pulau Lombok, penduduknya banyak yang menganut
Animisme, tapi datangnya salah seorang kiyai dari Jawa yaitu Sunan Prapen maka
beberapa tempat yang menjadi basisnya masih bisa ditemukan sampai sekarang.
Para Sufi yang menyebarkan Islam yang berasal dari
pengaruh Wali Songo meninggalkan kelompok masyarakat yang kemudian disebut
Wektu Telu (Waktu Tiga) untuk membedakannya dengan yang lain, yang telah
mengalami proses Islamisasi, yaitu Islam Waktu Lima. Ketika Raja Lombok Prabu Mumbul meninggal dunia, ia
digantikan oleh Prabu Rangkesari. Di masa pemerintahan Rangkesari ini, putera
Sunan Ratu Giri yang bernama Pangeran Prapen datang ke Kerajaan Lombok untuk
melakukan Islamisasi. Berdasarkan Babad Lombok, Islamisasi ini merupakan upaya
Raden Paku (Sunan Ratu Giri) dari Gresik untuk menyebarkan Islam ke berbagai
wilayah di Nusantara.
Pangeran Prapen melakukan Islamisasi di Lombok dengan
kekuatan senjata. Setelah orang-orang Lombok masuk Islam, ia kemudian
meneruskan upaya Islamisasi ke Bima dan Sumbawa. Sepeninggal Pangeran Prapen,
masyarakat Lombok kembali ke agama asal, paganisme. Hal ini disebabkan kaum
perempuan Lombok banyak yang belum memeluk Islam, sehingga berhasil
mempengaruhi keluarganya agar kembali ke agama asal. Setelah berhasil mendapatkan kemenangan di Sumbawa dan
Bima, Pangeran Prapen kembali ke Lombok. Dengan bantuan Raden Sumuliya dan
Raden Salut, Pangeran Prapen kemudian menyusun gerakan dakwah baru untuk
mengislamkan Lombok dan berhasil mencapai kesuksesan. Seluruh pulau Lombok
berhasil diislamkan, kecuali di beberapa tempat. Masyarakat yang menolak masuk
Islam kemudian menyingkir ke gunung-gunung, atau menjadi orang taklukan.
Selain Islamisasi, peristiwa besar lainnya yang
terjadi di masa pemerintahan Prabu Rangkesari adalah pemindahan ibukota
kerajaan, dari Labuhan ke desa Selaparang. Pemindahan ibukota ini merupakan
inisiatif Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda, dengan alasan, letak desa
Selaparang lebih strategis dan aman dibanding Labuhan. Dengan berpindahnya
Kerajaan Lombok ke Selaparang, maka, kemudian kerajaan ini juga dikenal dengan
nama Kerajaan Selaparang. Dalam uraian sebelumnya dikemukakan bahwa, Kerajaan
Selaparang terbagi dua periode yaitu (1) periode Hindu dan, (2) periode Islam.
Tampaknya, yang dimaksud dengan periode kedua Kerajaan Selaparang (periode
Islam) adalah Kerajaan Lombok yang memindahkan ibukota ke Selaparang, sehingga
disebut Kerajaan Selaparang.
Kerajaan Lombok atau Selaparang ini terus berkembang,
sehingga Kerajaan Gelgel di Bali merasa mendapat saingan. Karena itu, Gelgel
yang merasa sebagai pewaris kebesaran Majapahit kemudian menyerang Lombok
(Selaparang) pada tahun 1520 M. Namun, serangan ini berhasil digagalkan oleh
Selaparang. Dalam perkembangannya, Kerajaan Gelgel sendiri kemudian juga
mengalami kemunduran.
8. Pariwisata di pulau Lombok
Kalau kita lihat
dari aspek sejarah, orang Sasak bisa jadi berasal Jawa, Bali, Makassar dan
Sumbawa. Tapi bisa juga ke empat etnis tersebut bukan Papuk Bloq orang sasak,
melainkan hanya memberi pengaruh besar pada perkembangan Suku Sasak. Pulau Lombok yang
memiliki luas 473.780 hektare ini tak hanya menyimpan kekayaan wisata alam
semata. Bicara Pulau Lombok maka pikiran menerawang ke hamparan pantai Senggigi
yang eksotis, indah, dan menawan. Pantai berpasir putih dengan deburan ombak
kecilnya ini sayang untuk dilewatkan. Tak heran bila banyak wisatawan
mancanegara maupun wisatawan Nusantara menyinggahinya.
Lombok dalam banyak hal mirip dengan Bali, dan pada
dasawarsa tahun 1990-an mulai dikenal wisatawan mancanegara. Namun dengan
munculnya krismon dan krisis-krisis lainnya, potensi pariwisata agak terlantarkan.
Lalu pada awal tahun 2000 terjadi kerusuhan antar-etnis dan antar agama di
seluruh Lombok sehingga terjadi pengungsian besar-besaran kaum minoritas.
Mereka terutama mengungsi ke pulau Bali.
Berikut beberapa
objek wisata di Lombok yang sayang dilewatkan. Diantaranya:
1) Wisata
Alam
a) Mataram dan Cakranegara
Kota Mataram
adalah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Kota Mataram terdiri
dari 6 (Enam) Kecamatan yaitu Kecamatan Ampenan, Cakranegara, Mataram,
Pejanggik, Selaparang, Sekarbela, dengan 50 kelurahan dan 297 Lingkungan. Kota
Mataram terletak pada 08° 33’ – 08° 38’ Lintang selatan dan 116° 04’ – 116° 10’
Bujur Timur. Selain ibukota propinsi, Mataram juga telah menjadi pusat
pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri dan jasa, serta saat ini sedang
dikembangkan untuk menjadi kota pariwisata.
b) Narmada
Taman Narmada,
11 kilometer di timur kota Mataram, dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Anak
Agung Gede Ngurah Karang Asem sebagai taman yang indah sekaligus tempat untuk
memuja Shiva. Kolamnya yang besar disebut sebagai miniatur Segara Anakan, danau
kawah dari gunung berapi Rinjani dimana mereka biasanya melakukan pemujaan
dengan melemparkan barang berharga ke dalam air. Sejalan dengan orang-orang
yang terlalu tua untuk mencapai gunung setinggi 3,726 meter, mereka membuat
Narmada untuk mewakilkan gunung dan danaunya. Di dekat kolam terdapat tempat
untuk pemujaan dan mata air yang dipercaya bias membuat awet muda.
Pura ini mungkin
satu-satunya tempat pemujaan di dunia dimana Hindu dan Muslim datang untuk
melakukan pemujaan. Kira-kira 7 kilometer di sebelah barat Narmada, pura ini
dibangun pada tahun 1714 dan dibangun kembali pada tahun 1878 untuk
melambangkan keharmonisan dan persatuan antara umat Bali Hindu dan Sasak Muslim
di daerah tersebut, khususnya mereka yang mentaati peraturan sekolah Islam Wetu
Telu yang unik. Pura Bali dibangun di tanah dataran tinggi, di belakang
permukiman Muslim. Di tanah yang agak rendah adalah mata air dan di halaman
pura adalah tempat diadakannya perang ketupat.
Pura besar ini
berada di atas perbukitan di Gunung Sari, kira-kira empat kilometer dari
Mataram, adalah saksi sejarah perang Puputan yang terjadi pada 22 November 1894
antara putra mahkota terakhir dari pemimpin Bali, Anak Agung Nengah dan
pengikutnya dengan para tentara Belanda di bawah pimpinan Jendral Van der
Vetter.
Ini adalah desa
tempat kerajinan tenun yang terletak di sebelah selatan Cakranegara. Lombok
terkenal dengan kerajinan kain songketnya yang indah. Penduduk di desa ini
telah mewarisi kerajinan ini secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Waktu sepertinya
tidak berputar di ketiga desa yang terletak di bagian selatan Lombok, yang
menghubungkan kota mataram ke pantai Kuta. Seluruh rumah dan bangunan dibangun
dengan gaya tradisional kuno dimana kehidupan mereka seakan-akan tidak
mengikuti perubahan jaman. Padang gersangnya yang luas terlihat mengesankan
dalam ketandusannya.
Terletak 9 km
dari pusat kota Mataram, pantai ini mempunyai batu besar yang memiliki lubang
di tengahnya. Sebuah pura berdiri menghadap selat Lombok dan di seberangnya
terlihat garis batas Gunung Agung, Bali. Setelah berjemur, bersantai dan
bersenang-senang di pantai yang indah, cobalah untuk menunggu sampai sore untuk
menyaksikan pemandangan matahari terbenam yang menakjubkan yang pernah anda
lihat ketika matahari perlahan mulai menghilang di balik Gunung Agung dengan
warna-warnanya yang berkilauan.
Taman Mayura
adalah salah satu peninggalan dari kerajaan Karang Asem Bali yang dibangun oleh
Rajanya A.A. Ngurah pada tahun 1744. Di tengah-tengah kolam besar terdapat
bangunan yang disebut Balai Kambang yang dulunya dipergunakan sebagai
pengadilan sekaligus juga sebagai balai pertemuan. Anehnya, arsitektur bangunan
tersebut memperlihatkan pengaruh Hindu dan juga Islam, sedangkan di sekitar
tempat itu, patung dibuat dari batu dengan nuansa haji.
Peninggalan
Kerajaan Karang Asem yang lain adalah Pura Meru yang terletak di Cakranegara,
dekat dari Mataram. Pura ini dibangun pada tahun 1720 di bawah pemerintahan
Raja A.A. Made sebagai symbol persatuan umat Hindu di Lombok. Beberapa bangunan
juga ditemukan di dalam kompleks pura ini, yang semuanya di desain untuk
berbagai macam tujuan, termasuk 33 bangunan kecil yang terletak di sebelah pura
utama.
Dikenal juga
dengan sebutan pantai Putri Nyale, Kuta yang terletak di pantai bagian selatan
Lombok Tengah adalah satu dari pantai di Indonesia yang mempunyai pemandangan
indah dan belum tersentuh. Dari Kuta menempuh jarak 5 km menuju Tanjung Aan,
sebuah bentangan pasir putih di Samudera Hindia. Di sini tempat yang aman untuk
berjemur dan berenang. Lebih jauh kea rah barat adalah pantai tempat untuk para
peselancar. Setiap tahun, pada tanggal 19 di bulan kesepuluh pada kalender suku
Sasak, ketika ikan Nyale muncul ke permukaan laut, Pantai Kuta menjadi ramai
dengan berbagai macam festival.
k) Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan
Gili, dalam
bahasa Sasak berarti “pulau”. Ketiga pulau ini terletak berdekatan di barat
laut pulau Lombok. Di sekitar pulau dipenuhi dengan batu karang yang indah.
Gili Air, pulau yang paling dekat, bias dicapai dengan 10 hingga 15 menit
dengan perahu motor dari pelabuhan Bangsal, dekat Pamenang.
Senggigi, di
selatan Bangsal, memiliki pemandangan yang paling indah dan paling populer di
pulau Lombok dengan banyak fasilitas akomodasi yang bagus. Batu karang tumbuh
di pinggiran pantai.
Gunung Rinjani,
gunung volcano yang masih aktif setinggi 3.726 meter, adalah satu dari gunung
tertinggi di Indonesia. Di dasar kawah terdapat kaldera yang membentuk danau
kawah gunung berapi Segara Anak, dikelilingi oleh tebing-tebing yang curam.
Gunung ini populer di kalangan para pendaki. Sembalun Bumbung dan Sembalun
Lawang adalah dua desa tradisional Sasak di kaki Gunung Rinjani.
Di pulau Lombok
terdapat beberapa tempat untuk melihat dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah
peninggalan kerajaan Islam dan Hindu, seperti di wilayah Kabupaten Lombok Timur
terdapat bekas peninggalan kerajaan Islam terbesar Pulau Lombok yaitu Kerajaan
Islam Selaparang yang sekarang diabadikan namanya oleh salah satu Bandara di
Pulau Lombok yaitu Bandara Selaparang. Selain itu terdapat pula peninggalan
Masjid di Kabupaten Lombok Utara pada waktu penyebaran agama Islam pertama di
Pulau Lombok yaitu Masjid Bayan Beleq, tempat ini berlokasi di Kecamatan Bayan
dan dapat di tempuh dengan kendaraan Pribadi sekitar 3 Jam. Selain itu terdapat
juga Tirta Yatra (yang merupakan peninggalan kerajaan Karangasem).
Istana Air
Mayura (Bukti bahwa perbedaan itu Indah)
Istana Air
Mayura dibangun oleh Anak Agung Anglurah Made Karang Asem pada tahun 1744.
Beliau adalah seorang Raja yang membesarkan Kerajaan Karangasem di Lombok.
Dahulu tempat tersebut yangbernama Kelepuk adalah hutan belantara yang banyak
dihuni oleh ular berbisa. Sewaktu akan membangun tempat Mayura, Raja Bali
tersebut meminta bantuan kepada Raja Makassar yang kemudian mengirimkan burung
merak untuk menakut-nakuti ular di tempat tersebut. Sehingga nama tempat
tersebut diganti menjadi Mayora, dalam bahasa sanskerta berarti burung merak.
Dalam lidah orang Lombok, berubah menjadi Mayura (dibaca Mayure).
Namun yang menarik adalah bangunan Bale Kambang yang
berada di tengah-tengah kolam air. Di sekitar Bale Kambang ini dihiasi oleh patung-patung
bercirikan orang muslim, yaitu Arab, Muslim Cina, dan Jawa. patung orang Muslim
tersebut berdiri di bagian Barat, Timur dan Utara dari Bale Kambang
berdampingan dengan bangunan linggih yang sangat kental nuansa Hindu Balinya.
Bangunan Bale kambang adalah bangunan tempat bersidang dan menerima tamu kerajaan Bali Karangasem dulunya. Kental dengan dengan ciri-ciri Hindu, termasuk juga ornamen-ornamen di sekitarnya. Diberi nama Bale Kambang, karena posisinya ditengah-tengah kolam air, seakan mengambang diatas air. Dahulu juga ada bangunan penjara di sampingnya. Namun sayang besi-besi penjara tersebut sudah tergerus oleh air dan waktu.
Menurut informasi yang di dapat, keberadaan patung orang Muslim di antara bangunan Hindu tersebut adalah untuk membuktikan kerukunan di Lombok sekaligus untuk mengenang bahwa Raja Bali dulu pernah dibantu oleh Kerajaan Makassar yang muslim. Selain itu juga untuk mengenang bahwa Islam dibawa masuk ke Lombok oleh orang Makassar, Arab, dan China. Untuk yang dari China ditenggarai merupakan salah satu anggota rombongan laksamana Ceng Ho, seorang panglima Muslim dari Cina yang sangat terkenal.
Istana Air
Mayura ini menjadi peninggalan sejarah yang selalu mengingatkan kepada kita
untuk selalu hidup berdampingan dalam perbedaan dengan saling menghormati dan
menghargai.
Perjalanan
spiritual ini adalah perjalanan persembahyangan mengunjungi beberapa pura yang
merupakan peninggalan kerajaan karangasem Lombok.Perjalanan ini diawali dengan mengunjungi Pura Jagatnatha
Mayura yang merupakan istana Raja Karangasem Lombok, yang dibangun pada tahun
1744. Istana ini terkenal dengan Bale Kambangnya yang berfungsi sebagai
pegadilan pada jamannya. Setelah itu perjalanan spiritual akan dilanjutkan
menuju Pura Meru yang dibangun pada tahun 1720 pada jaman penjajahan Belanda.
Pura ini juga dijadikan sebagai benteng pertahanan pada waktu menghadapi agresi
Belanda ke II. Pada saat agresi Belanda ke II ini salah satu jendral Belanda
gugur ditangan para kesatrya bali (Lombok.) jendral Van Ham gugur ditangan para
kesatrya bali yang gagah berani. Jendral Van Ham dimakamkan dipemakaman umum
umat Hindu di Karang Jangkong Mataram.
8. Wisata budaya (Perang Topat, tradisi pencerminan kerukunan beragama di Lombok)
Sore itu Jumat
(12/12/08) ribuan warga Sasak (Lombok) dan umat Hindu berbaur di Pura Lingsar,
KecamatanLingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat untuk merayakan “Perang
Topat” yakni tradisi saling lempar dengan menggunakan ketupat. Dengan
menggunakan pakaian adat ribuan warga Sasak dan umat Hindu bersama-sama dengan
damai merayakan upacara keagamaan yang dirayakan tiap tahun di Pura Lingsar
tepatnya setiap purnama ke-7 menurut kalender Sasak.
Tradisi Perang Topat yang diadakan di Pura terbesar di Lombok peninggalan kerajaan Karangasem itu merupakan pencerminan dari kerukunan umat beragama di Lombok. Prosesi Perang Topat dimulai dengan mengelilingkan sesaji berupa makanan, buah, dan sejumlah hasil bumi sebagai sarana persembahyangan dan prosesi ini didominasi masyarakat Sasak dan beberapa tokoh umat Hindu yang ada di Lombok. Sarana persembahyangan seperti kebon odek, sesaji ditempatkan didalam Pura Kemalik.
Prosesi kemudian dilanjutkan dengan perang topat, bertepatan dengan gugur bunga waru atau dalam bahasa Sasaknya “rorok kembang waru” yakni menjelang tenggelamnya sinar matahari sekitar pukul 17.30. Perang topat merupakan rangkaian pelaksanaan upacara pujawali yaitu upacara sebagai ungkapan rasa syukur umat manusia yang telah diberikan keselamatan, sekaligus memohon berkah kepada Sang Pencipta. [Foto dan teks: Ahmad Subaidi/ANTARAMataram.com]
9. Lalu lintas
Pulau Lombok
yang berada hanya beberapa mil dari Pulau Bali, dengan penerbangan hanya 20
menit Anda sudah sampai di Pulau Kayangan atau sebutan lain dari Pulau Lombok,
terdiri dari tiga Kabupaten dan satu Kota Madya (Mataram) : yaitu Kabupaten
Lombok dengan Ibu Kotanya yang baru di Gerung. Lombok Tengah dengan Ibu Kotanya
Praya dan Lombok Timur dengan Ibu Kotanya Selong.
Jalan-jalan utama kebanyakan dalam kondisi yang sangat
bagus, karena jalan-jalan kecil sering kali berbahaya untuk mengemudi.
Penyewaan motor dan mobil juga terdapat di pusat pariwisata.
10. Pembagian administratif pemerintahan
Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini sendiri dibagi menjadi empat Daerah Tingkat II:
1. Kota Mataram
2. Kabupaten
Lombok Barat
3. Kabupaten
Lombok Tengah
4. Kabupaten
Lombok Timur
11. Geografi, topografi dan demografi
Selat ombok adalah batas flora dan fauna Asia. Mulai dari Lombok ke arah timur, flora dan fauna menunjukkan ciri-ciri khas Australia. Ilmuwan yang pertama kali menyatakan hal ini adalah Alfred Russel Wallace, seorang Inggris di abad ke-19. Untuk menghormatinya maka batas ini disebut Garis Wallace.
Sekitar 80% penduduk pulau ini adalah suku Sasak,
sebuah suku bangsa yang masih dekat dengan suku bangsa Bali, tetapi sebagian
besar memeluk agama Islam. Sisa penduduk adalah orang Bali, Jawa, Tionghoa dan
Arab.
12. Penutup
Demikianlah
penjelasan singkat mengenai asal usul dan apa saja yang menyangkut kehidupan
masyarakat di Pulau Lombok. Semua data yang ada dalam tulisan ini masih jauh
dari sempurna. Semua dikarenakan keterbatasan data dan informasi yang di
dapatkan. Untuk itu kami sangat mengharapkan dukungan informasi dari para
pembaca sekalian sebagai bahan masukan dan koreksi. Dengan harapan bahwa
sejarah masa lalu dari pulau Lombok ini menjadi kian jelas dan bisa lebih
membangkitkan kecintaan setiap generasi muda Indonesia, khususnya putra-putri
Lombok.
Yogyakarta, 23
Desember 2010
Mashudi Antoro
(Oedi`)
Pustaka : oediku.wordpress.com, lombokglobal.com
Tag : Sejarah pulau lombok, pulau lombok, lombok, kehidupan di pulau
lombok, sejarah awal mula pulau lombok, suku sasak lombok, kerajaan lombok,
wisata di lombok, wisata, kerajaan, sasak, suku, religi, wisata religi, wisata
sejarah, wisata sejarah lombok, pantai, pantai lombok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar